Pernah nggak sih kamu merasa kagum pada seseorang yang bisa membuat perubahan besar hanya dari satu langkah kecil? Kali ini aku yang menjadi bagian dari Miss Wandes ingin berbagi kisah tentang sosok inspiratif dari Kalimantan Timur yang mengajarkan kita arti cinta terhadap budaya dan ilmu pengetahuan.
Di sebuah sudut Kalimantan Timur, tepatnya di Kutai Kartanegara, ada seorang perempuan muda bernama Viola Meilinda yang percaya bahwa membaca bukan sekadar kegiatan, tapi cara untuk menyelamatkan warisan. Dari keyakinan itulah lahir KALIYA (Kutai Literasi dan Budaya Etam) — sebuah gerakan yang indah dan bermakna, menggabungkan dua hal yang jarang berjalan beriringan: literasi dan budaya lokal.
Di tengah arus modernisasi yang kian deras, upaya melestarikan budaya lokal dan membangun minat baca menjadi tantangan besar di banyak daerah Indonesia. Namun, di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, semangat itu justru tumbuh melalui sebuah gerakan bernama KALIYA (Kutai Literasi dan Budaya Etam).
Awal Mula Hadirnya Gerakan KALIYA
Cerita KALIYA dimulai sederhana. Viola sering melihat anak-anak di desanya lebih akrab dengan gawai daripada buku. Saat ditanya tentang cerita rakyat Kutai atau tarian tradisional, banyak yang menggeleng. Hatinya tergerak. Ia tahu, jika tak ada yang mulai, kisah dan nilai luhur budaya Etam bisa saja hilang begitu saja.
Dari situ, Viola mulai menulis, mengajar, dan membagikan kisah. Ia mendirikan KALIYA — bukan hanya sebagai ruang baca, tapi juga tempat berbagi cerita dan cinta akan budaya sendiri. Di KALIYA, anak-anak belajar membaca buku berbahasa daerah, menulis ulang legenda nenek moyang mereka, hingga menari dengan pakaian adat yang mungkin dulu hanya dilihat di panggung-panggung resmi.
![]() |
Sumber: Borneocom |
Yang membuat gerakan ini begitu menyentuh adalah kesederhanaannya. Tak ada gedung besar atau peralatan canggih. Hanya semangat, buku-buku sumbangan, dan tawa tulus anak-anak yang datang setiap sore. Perlahan tapi pasti, KALIYA tumbuh menjadi komunitas yang menghangatkan hati banyak orang. Bahkan, Viola membawa literasi ini lebih jauh dengan membuat perpustakaan keliling — berkeliling dari satu kampung ke kampung lain, membawa bacaan dan harapan.
Bagi Viola, budaya adalah akar. Dan literasi adalah air yang membuat akar itu tetap hidup. Melalui KALIYA, ia ingin setiap anak Kutai tahu siapa dirinya dan dari mana ia berasal. Ia percaya, sebelum anak-anak bermimpi menaklukkan dunia, mereka perlu mengenal dulu tanah tempat mereka berpijak.
Kegiatan Kreatif KALIYA
Melalui KALIYA, Viola menciptakan berbagai kegiatan kreatif seperti kelas membaca interaktif, pelatihan menulis cerita rakyat, hingga pameran budaya lokal. Anak-anak diajak membaca buku yang mengangkat kearifan lokal, sementara remaja dan orang tua dilibatkan dalam kegiatan mendongeng dan menulis ulang kisah-kisah tradisional Kutai. Tak hanya itu, KALIYA juga berinovasi dengan membuat perpustakaan mini keliling, yang membawa buku-buku dan materi budaya ke pelosok desa.
Lebih dari sekadar gerakan literasi, KALIYA menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan. Viola percaya bahwa budaya hanya akan hidup jika diwariskan, dan cara paling sederhana untuk melakukannya adalah melalui cerita. “Membaca membuat kita cerdas, tapi mengenal budaya membuat kita berakar,” ujarnya dalam salah satu sesi diskusi komunitasnya.
Penghargaan Satu Indonesia Awards ASTRA
Usaha yang dimulai dengan langkah kecil itu kini berkembang pesat. Dukungan dari masyarakat, sekolah, dan pemerintah daerah membuat KALIYA menjadi salah satu gerakan literasi dan budaya yang paling berpengaruh di Kalimantan Timur. Tak heran jika Viola dan timnya mendapat apresiasi melalui Astra Awards, sebagai bentuk pengakuan atas kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pendidikan dan pelestarian budaya.
Astra Awards atau lebih dikenal dengan SATU Indonesia Awards (SIA) adalah program penghargaan tahunan yang diadakan oleh PT Astra International Tbk sejak tahun 2010. Nama “SATU Indonesia” sendiri merupakan singkatan dari Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia, yang mencerminkan semangat Astra untuk memberi manfaat bagi bangsa melalui karya nyata anak muda Indonesia.
Tujuan utama penghargaan ini adalah untuk mencari, mengapresiasi, dan mendukung anak muda inspiratif di seluruh Indonesia yang memiliki kontribusi nyata dalam membangun masyarakat di sekitarnya.
Biasanya, para penerima penghargaan adalah individu atau kelompok yang bekerja di bidang sosial dengan semangat sukarela, kreatif, dan berkelanjutan.
Kategori Penghargaan SATU Indonesia Awards
Setiap tahunnya, Astra memberikan penghargaan kepada pemenang dari berbagai kategori berikut:
1. Kesehatan – Inisiatif yang meningkatkan kualitas layanan atau kesadaran kesehatan masyarakat.
2. Pendidikan – Program yang membantu anak-anak atau remaja mendapatkan akses dan semangat belajar.
3. Lingkungan – Gerakan yang fokus menjaga kelestarian alam dan keberlanjutan ekosistem.
4. Kewirausahaan – Ide bisnis sosial yang berdampak positif bagi komunitas.
5. Teknologi – Inovasi yang memberi solusi bagi masyarakat.
Selain itu, ada juga kategori Anak Bangsa Inspiratif, penghargaan khusus bagi tokoh muda yang dianggap memberikan dampak luas secara nasional.
Apa yang Didapatkan Penerima Penghargaan?
Penerima SATU Indonesia Awards tidak hanya mendapat penghargaan dan dana apresiasi, tapi juga pendampingan, pelatihan, dan jaringan kolaborasi bersama Astra dan mitra-mitranya. Hal ini bertujuan agar gerakan sosial mereka bisa terus berkembang dan memberi dampak lebih besar bagi masyarakat.
Makna di Balik Penghargaan Ini
Bagi banyak penerima, termasuk Viola Meilinda dari Kalimantan Timur dengan inisiatif KALIYA, penghargaan ini bukan hanya soal pengakuan, tapi juga dorongan moral untuk terus berbuat dan menyebarkan semangat perubahan. Astra percaya bahwa setiap anak muda Indonesia punya potensi untuk menjadi agen perubahan — dan SATU Indonesia Awards adalah wadah untuk membuat semangat itu tetap menyala.
Kini, KALIYA terus berkembang. Viola sedang merancang program digitalisasi cerita rakyat Kutai, agar kisah-kisah itu tak hanya hidup di buku, tapi juga di layar anak muda masa kini. Ia ingin membuktikan bahwa literasi bukan hal kuno — justru jembatan antara tradisi dan masa depan.
Dan di tengah hiruk-pikuk dunia yang serba cepat ini, kisah Viola dan KALIYA menjadi pengingat yang lembut: bahwa menjaga budaya dan mencintai buku adalah dua cara paling indah untuk mencintai tanah kelahiran.
#APA2025-KSB